UNTUKMU NEGERI
Sakitnya tak terhingga
Nafsu ingin berkuasa
Sungguh mahal ongkosnya
Apapun yang kan terjadi
Aku tak akan lari
Apalagi bersembunyi
Tak kan pernah terjadi
Air mata darah telah tumpah
Demi ambisi membangun negeri
Kalaulah ini pengorbanan
Tentu bukan milik segelintir orang
Belum cukupkah semua ini
Apakah tidak berarti
Lihatlah wajah ibu pertiwi
Pucat letih dan sedihnya berkarat
Berdoa terus berdoa
Hingga mulutnya berbusa busa
Ludahnya muncrat saking kecewa
Ibu pertiwi hilang tawanya
Tak percaya masih ada cinta
Seluruh hidupku jadi siaga
Pagar berduri kutancapkan dihati
Untukmu negeri
Yang telah memberi arti
Untukmu negeri
Yang telah melukai ibu kami
Untukmu negeri
Yang telah merampas anak kami
Untukmu negeri
Yang telah memperkosa saudara kami
Untukmu negeri
Waspadalah
Untukmu negeri
Bangkitlah
Untukmu negeri
Bersatulah
Untukmu negeri
Sejahteralah kamu negeriku
Sejahteralah kamu
Perihnya masih terasa
Sakitnya tak terhingga
DO’A
Menyebut asma ALLAH
Saling asah saling asih saling asuh
Berdoalah
Sambil berusaha
Agar hidup jadi tak sia sia
Badan sehat
Jiwa sehat
Hanya itu yang kami mau
Hidup berkah
Penuh gairah
Mudah mudahan ALLAH setuju
Inilah lagu pujian
Nasehat dan pengharapan
Dari hati yang pernah mati
Kini hidup kembali
OPINIKU
Manusia sama saja dengan binatang
Selalu perlu makan
Namun caranya berbeda
Dalam memperoleh makanan
Binatang tak mempunyai akan dan pikiran
Segala cara halalkan demi perur kenyang
Binatang tak pernah tau rasa belas kasihan
Padahal di sekitarnya tertatih berjalan pincang
Namun kadangkala
Ada manusia seperti binatang
Bahkan lebih keji dari binatang
Tampar kiri kanan
Alasan untuk makan
Padahal semua tahu dia serba kecukupan
Himpit kiri kanan
Lalu curi jatah orang
Peduli sahabat kental kurus kering kelaparan
Selalu perlu makan
Namun caranya berbeda
Dalam memperoleh makanan
Binatang tak mempunyai akan dan pikiran
Segala cara halalkan demi perur kenyang
Binatang tak pernah tau rasa belas kasihan
Padahal di sekitarnya tertatih berjalan pincang
Namun kadangkala
Ada manusia seperti binatang
Bahkan lebih keji dari binatang
Tampar kiri kanan
Alasan untuk makan
Padahal semua tahu dia serba kecukupan
Himpit kiri kanan
Lalu curi jatah orang
Peduli sahabat kental kurus kering kelaparan
LAGU SATU
Tenang tenang tenanglah seperti karang
Sebab persoalan bagai gelombang
Tenanglang tenang tenanglah sayang
Tek pernah malas
Persoalan yang datang hantam kita
Dan kita tak mungkin untuk menghindar
Semuanya sudah suratan
Oh matahari
Masih setia
Menyinari rumah kita
Tak kan berhenti
Tak kan berhenti
Menghangati hati kita
Sampai tanah ini inginkan kita kembali
Sampai kejenuhan mampu merobek robek hati ini
Sebentar saja
Aku pergi meninggalkan
Membelah langit punguti bintang
Untuk kita jadikan hiasan
Tenang tenang tenanglah sayang
Semuanya sudah suratan
Tenang tenang seperti karang
Bintang bintang jadikan hiasan
Berlomba kita dengan sang waktu
Jenuhkah kita jawab sang waktu
Bangkitlah kita tunggu sang waktu
Tenanglah kita menjawab waktu
Seperti karang
Tenanglah
Seperti karang
Tenanglah
SANG PETUALANG
Dan gelombang menghalau bosan
Petualang bergerak tenang
Melihat diri untuk pergi lagi
Ya sejenak hanya sejenak
Ia membelai semua luka
Yang sekejap hanya sekejap
Ia merintih pada samudera
Sebebas camar engkau berteriak
Setabah nelayan menembus badai
Seikhlas karang menunggu ombak
Seperti lautan engkau bersikap
Petualang merasa sunyi
Sendiri di hitam hari
Petualang jatuh terkapar
Namun semangatnya masih berkobar
Petualang merasa sepi / merasa sunyi
Sendiri dikelam hari
Petualang jatuh terkulai
Namun semangatnya bagai matahari
Sebebas camar engkau berteriak
Setabah nelayan menembus badai
Seikhlas karang menunggu ombak
Seperti lautan engkau bersikap
Ya sang petualang terjaga
Ya sang petualang bergerak
Ya sang petualang terkapar
Ya sang petualang sendiri
LUKA LAMA
Luka lama kambuh kembali
Semakin jelas
Semakin parah
Menjalar di setiap hari
Janji janji hilangkah kini
Hanya usap
Hanya sentuh telinga
Lalu pergi
Bahkan malam
Yang biasa singgah
Enggan menyapa
Pada sang bulan
Mimpi mimpi tak cantik lagi
Sejengkal melangkah
Bertambah nyeri
Luka
Kau paksa kami
Untuk menahan luka ini
Sedangkan kau
Sendiri telah lupa
Akan gaduhnya jerit
Akan busuknya derita
Akan hitamnya tangis
Akan kentalnya nanah
Dikaki kami yang labil melangkah
Semakin jelas
Semakin parah
Menjalar di setiap hari
Janji janji hilangkah kini
Hanya usap
Hanya sentuh telinga
Lalu pergi
Bahkan malam
Yang biasa singgah
Enggan menyapa
Pada sang bulan
Mimpi mimpi tak cantik lagi
Sejengkal melangkah
Bertambah nyeri
Luka
Kau paksa kami
Untuk menahan luka ini
Sedangkan kau
Sendiri telah lupa
Akan gaduhnya jerit
Akan busuknya derita
Akan hitamnya tangis
Akan kentalnya nanah
Dikaki kami yang labil melangkah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar