BAB IV
PERISTIWA – PERISTIWA POLITIK DAN
EKONOMI INDONESIA PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN
1.
Proses Kembalinya RI Sebagai Negara
Kesatuan
Proses kembalinya RI ke Negara kesatuan
adalah sebagai berikut :
-
Sejak
penandatanganan KMB, Indonesia berbentuk RIS/Federal
-
RIS
berpedoman pada konstitusi RIS
-
Sebagai
kepala Negara RIS, Bung Karno mulai bertugas pada tanggal 28 Desember 1949 di
Jakarta
-
Sistem
demokrasi yang digunakan adalah liberal
-
Demokrasi
liberal dan Negara federal tidak sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
-
Di
daerah muncul tuntutan pembubaran Negara
bagian dan menyatakan bergabung dengan RI
-
Berdasarkan
persetujuan Parlemen pada tanggal 8 Maret
1950 pemerintah RIS mengeluarkan UU Darurat No. 11 tahun 1950 yang
berisi tentang Tata Cara Perubahan susunan Kenegaraan RIS
-
Negara-negara
bagian bergabung dengan RI, sampai dengan April 1950 tinggal 2 negara yang
belum bergabung yaitu Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatera Timur
-
Pada
tanggal 3 Mei 1950 kedua Negara tersebut bergabung dengan RI
-
Tanggal
19 Mei 1950 dengan RI mengadakan perundingan dengan RIS yang berhasil merancang
Konstitusi NKRI
-
14
Agustus 1950 rancangan tersebut diterima oleh Senat dan KNIP
-
15
Agustus 1950 Sukarno menandatangani konstitusi tersebut
-
Konstitusi
tersebut diberi nama UUD Sementara 1950
-
17
Agustus 1950 RIS dibubarkan dan Indonesia kembali ke NKRI
2.
Peristiwa yang Berhubungan dengan
Pemilu 1955 di Tingkat Pusat dan Daerah
a.
Alasan dilaksanakannya Pemilu 1955 :
-
Masyarakat
diliputi suasana prustrasi dan kegelisahan Sosial Politik
-
Partai-partai
hanya memperjuangkan kepentingan golongannya
b.
Waktu Pelaksanaan Pemilu:
Pemilu 1955 dilaksanakan dalam 2 tahap,
yaitu:
-
Tahap
I (29 September 1955) untuk memilih anggota DPR
-
Tahap
II (15 Desember 1955) untuk memilih anggota Konstituante
c.
Partai Pemenang Pemilu 1955:
Partai-partai tersebut adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyusmi),
Nahdatul Ulama (NU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI)
3.
Dekrit Presiden
Alasan
dikeluarkannya Dekret Presiden :
-
Anjuran
kembali pada UUD 1945 tidak memperoleh keputusan dan konstituante
-
Konstituante
tidak lagi menyelesaikan tugasnya
-
Kemelut
dalam konstituante membahayakan persatuan
Isi
Dekrit Presiden
-
Pembubaran
Konstituante
-
Pemberlakuan
kembali UUD 1945 sebagai UUD RI
-
Pembentukan
MPRS dan DPAS dalam waktu singkat
Akibat Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
Sisi
Positif:
-
Menyelamatkan
Negara dari ancaman perpecahan dan krisis politik berkepanjangan
-
Memberikan
pedoman menggunakan UUD 1945 untuk hidup berbangsa dan bernegara
-
Merintis
pembentukan MPRS dan DPAS
Sisi
Negatif:
-
Memberikan
kekuasaan yang besar kepada presiden, terhadap MPR maupun lembaga tinggi Negara
lainnya
-
Memberi
peluang kalangan militer berpolitik
D. Dampak
Persoalan Hubungan Pusat – Daerah, Persaingan Ideologi , dan Pergolakan
Sosial-Politik
1.
Tidak harmonisnya hubungan pusat dan
daerah
Ketidakharmonisan ini disebabkan oleh
masalah otonomi dan perimbangan keuangan.
Bentuk ketidak puasan daerah terhadap
pusat diantaranya:
Para panglima militer di daerah
membentuk beberapa dewan sebagai bentuk oposisi terhadap pusat. Adapun
dewan-dewan tersebut adalah:
a.
Dewan
Banteng di Padang (Sumatera Barat) yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Achmad Husein.
b. Dewan Gajah Di Medan, Sumatera Utara yang dipimpin oleh Kolonel Simbolon.
c.
Dewan Garuda Di
Sumatera Selatan berdiri yang dipimpin oleh Kolonel Barlian.
d. Dewan Manguni Di Manado, Sulawesi Utara berdiri yang dipimpin oleh Kolonel Ventje
Sumua
2.
Persaingan
Golongan Agama dan Nasionalis
Persaingan ini terjadi
antara kelompok Islam dan kelompok nasionalis/sosialis/non Islam mulai terasa
sejak tahun 1950.
Hal ini ditandai dengan
silih bergantinya kabinet.
a.
Kabinet Natsir (6 September 1950-20 Maret
1951)
Kabinet ini dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammad Natsir dari
Masyumi.
b.
Kabinet Sukiman (tanggal 26 April 1951-
Februari 1952)
Kabinet ini mulai resmi
dipimpin oleh Dr. Sukiman Wirjosandjojo (Masyumi) dan Suwirjo (PNI).
c.
Kabinet Wilopo (April 1952-2 Juni 1953)
Kabinet ini dipimpin oleh Mr.Wilopo dari PNI.
d.
Kabinet Ali Sastroamidjoyo I (31 Juli 1953
– 24 Juli 1955)
Kabinet ini dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamidjoyo dari unsur PNI
sebagai Perdana Menteri.
3.
Pergolakan politik di daerah
Hal ini dilatarbelakangi adanya protes
dari daerah yang merasa tidak puas terhadap biaya pembangunan yang diterimanya dari
pusat.
Bentuk pergolakan politik di daerah
antara lain:
a.
Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil
(APRA)
Pemberontakan terjadi di Bandung pada
tanggal 23 Januari 1950 dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling
b.
Pemberontakan Andi Azis
Pemberontakan terjadi di Makasar pada
tanggal 5 April 1950 dipimpin oleh Kapten Andi Azis
c.
Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pemberontakan ini
terjadi di Ambon pada tanggal 25 April 1950 yang dipimpin oleh Dr. Soumokil,
bekas Jaksa Agung Negara Indonesia Timur.
d.
Pemberontakan Pemerintah Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI) dan Pemberontakan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta)
Pemberontakan PRRI terjadi di
Sumatera pada tanggal 15 Februari 1958 di pimpin oleh Ahmad Husein
Pemberontakan
Permesta terjadi di Indonesia Timur pada tanggal 1 Maret 1957 Letnan kolonel H.N. Ventje Sumual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar