BAB
IV
PROSES
PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT
SERTA
PENGARUH YANG DITIMBULKANNYA DI BERBAGAI DAERAH
Pengertian
Kolonialisme dan Imperialisme
Kolonialisme
Kolonialisme
adalah usaha untuk melakukan system permukiman warga dari suatu Negara di luar
wilayah negara induknya.
Imperialisme
Imperialisme
adalah usaha memperluas wilayah kekuasaan atau jajahan untuk mendirikan
imperium atau kekaisaran
Kedatangan Bangsa
Eropa Ke Indonesia
Faktor Pendorong:
Ingin mencari
kekayaan (gold)
Ingin menyebarkan
agama Kristen (gospel)
Ingin mencari
kejayaan (glory)
Kebijakan-kebijakan
Pemerintah Kolonial
Masa VOC
(Vereenigne Oost Indische Compagnie) ke Pemerintah Kolonial Belanda.
Selama kurang
lebih 2 abad Indonesia berada di bawah kekuasaan VOC, kemudian menjelang abad
ke-19 VOC mengalami kebangkrutan akhirnya VOC dicabut izin usahanya oleh
pemerintah Belanda, sehingga Indonesia dengan sendirinya menjadi kekuasaan
pemerintah Belandayang berbentuk republik dengan nama Republik Btaaf, kemudian status
Belanda berubah lagi dari republik menjadi kerajaan lagi, sehingga untuk
menangani Indonesia, Belanda membentuk pemerintahan kolonial yang dipimpin oleh
Gubernur Jenderal Herman william Daendels
Masa Pemerintahan
Herman Willem Daendels (1808 – 1811)
Tugas utama
Daendels adalah untuk mempertahankan Pulau Jawa dari ancaman Inggris. Beberapa
kebijakan yang dikeluarkan oleh Daendels semasa pemerintahannya diantaranya
adalah dengan melakukan pembangunan fisik dan pembangunan ekonomi.
Pembangunan
Fisik, meliputi :
Membangun pabrik
senjata
Membangun benteng
pertahanan
Menarik penduduk
pribumi menjadi tentara
Membangun jalan
raya Anyer sampai Panarukan (1.000 km)
Untuk
melaksanakan kebijakan tersebut Daendels melakukan kerja paksa (rodi)
Pembangunan Ekonomi,
meliputi :
Membangun pajak
hasil bumi dari rakyat (contingenten)
Menjual tanah
negara kepada swasta asing
Mewajibkan rakyat
Priangan menanam kopi
Mewajibkan rakyat
pribumi menjual hasil panen kepada Belanda dengan harga murah
Langkah tersebut
ternyata mendapat kritikan baik dari rakyat Indonesia maupun dari pemerintah
Belanda. Akhirnya pada tahun 1811 Daendels dipecat dan digantikan oleh Gubernur
Jenderal Jansens.
Masa Pemerintahan
Jansens
Dalam menjalankan
pemerintahan, Jansens tidak punya kekuatan pertahanan sehingga ketika Inggris
menyerang di bawah pimpinan Lord Minto, Jansens terpaksa menyerah dan harus
menandatangani perjanjian di Tuntang pada tahun 1811 yang dikenal dengan
Kapitulasi Tuntang. Kemudian Inggris mengangkat Thomas Stanford Raffles sebagai
Letnan Gubernur di Indonesia
Pemerintahan
Transisi Inggris Raffles
Inggris mulai
berkuasa di Indonesia pada tahun 1811 yang dipimpin oleh Thomas Standford
Raffles. Dalam menjalankan tugasnya di Indonesia Raffles mengeluarkan beberapa
kebijakan dalam biang ekonomi, sosial, dan budaya.
Kebijakan di
bidang ekonomi, meliputi :
Memberlakukan
sistem pajak tanah (land rent sistem) secara perorangan
Mewajibkan petani
membayar pajak dalam bentuk uang
Melakukan
pungutan pajak untuk semua hasil panen
Mengangkat para
bupati menjadi pegawai negeri
Kebijakan dalam
bidang sosial, meliputi :
Menghapus sistem
monopoli
Menghapus sistem
perbudakan
Menghapus
penyerahan wajib dan sistem kerja paksa
Membagi Pulau
Jawa menjadi 16 keresidenan
Kebijakan dalam
bidang budaya, meliputi :
Merintis
pembangunan kebun raya Bogor
Menulis buku yang
berjudul “The Story of Java”Menemukan bunga bangkai di hutan pedalaman Bengkulu
Kembali ke
Pemerintah Kolonial Belanda
Berdasarkan
Konvensi London 1814, terjadi penyerahan kekuasaan dari Inggris kepada
Pemerintah Belanda dan Indonesia menjadi di bawah kekuasaan Belanda kembali
meskipun Belanda dalam keadaan kekuarangan keuangan.
Untuk
menyelamatkan Belanda dari kebangkrutan, Belanda menjalankan beberapa kebijakan
yang terjadi pada dua masa yaitu masa Sistem Tanam Paksa dan masa Liberalisme.
Masa Sistem Tanam
Paksa (Cultuurstelsel)
Sistem ini
dijalankan oleh gubernur Jenderal Van Den Bosh dengan beberapa kebijakannya
antara lain :
Rakyat Indonesia
menyerahkan tanahnya tidak lebih dari 1/5 bagian dari tanahnya untuk ditanami
tanaman perdagangan
Tanah untuk tanam
paksa dibebaskan dari pajak tanah
Rakyat yang tidak
memiliki tanah diganti dengan bekerja selama 66 hari per tahun
Tanah untuk tanam
paksa tidak melebihi waktu tanaman padi
Kelebihan hasil
pertanian dikembalikan kepada rakyat
Kerusakan panen
yang bukan kesalahan petani ditanggung Pemerintah Belanda
Penyerahan teknik
pelaksanaan diserahkan kepada kepala desa.
Dari beberapa
kebijakan tersebut menimbulkan beberapa dampak diantaranya :
Bagi pemerintah
Belanda :
Pemerintah
Belanda dapat mengatasi masalah keuangan
Pemerintah
Belanda dapat melunasi utangnya
Keuangan Belanda
mengalami kelebihan (surplus)
Bagi rakyat
Indonesia:
Sisi Positifnya :
Rakyat mengenal
jenis tanaman baru dari luar negeri
Rakyat mengetahui
daerah yang cocok untuk jenis tanaman
tertentu
Pasar
internasional mengetahui tanaman perdagangan Indonesia
Sisi Negatifnya :
Lahan pertanian
milik rakyat menjadi terbengkalai
Menimbulkan
kelaparan, kemiskinan, kematian
Mental bangsa
menjadi menurun karena selalu tertekan
Masa Liberalisme
Mulai tahun 1870
- 1900 Pemerintah Hindia Belanda mulai menjalankan Politik Pintu Terbuka
(berpaham liabaeral), yaitu Indonesia terbuka untuk seluruh para pengusaha
asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Meskipun para pengusaha
diberi kesempatan untuk menyewa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar